Home / Uncategorized / Pertumbuhan Lambat, BBM Mesti Naik

Pertumbuhan Lambat, BBM Mesti Naik

5l3uC1V2FwKalangan pengusaha dan pengamat menilai tekanan defisit neraca perdagangan Indonesia akan terus berlanjut, jika pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla bersikap lamban menaikkan harga BBM bersubsidi di tengah perlambatan ekonomi nasional saat ini. Untuk itu pemerintah diminta segera mengambil kebijakan menaikkan harga BBM di kisaran Rp 1.000 –Rp 2.000 per liter untuk mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi di negeri ini

NERACA

Wakil Ketua Umum Kadin bidang Kebijakan Moneter, Fiskal, dan Publik, Hariyadi Sukamdani mengatakan jika merujuk data dari BPS neraca perdagangan hingga September 2014, sudah lima kali Indonesia mengalami defisit yaitu pada Januari, neraca perdagangan defisit sebesar US$ 0,45 miliar, April US$ 1,97 miliar. Kemudian, Juni US$ 0,30 miliar, dan Agustus US$ 0,31 miliar, dan terakhir September defisit US$ 270,3 juta. Defisit ini, menurut dia, bisa berlanjut selama pemerintah tidak mampu menekan impor BBM. “Masih akan terus berlanjut, selama pemerintah tidak menekan impor BBM,” ujarnya kepada Neraca, Rabu (5/11).

Disamping menciptakan defisit neraca perdagangan tekanan terhadap tingginya impor nasional juga menjadikan defisit transaksi berjalan. Apalagi impor BBM atau impor barang yang lain menggunakan US$, jika kurs rupiah melemah maka defisit transaksi berjalan ikut melebar. “Jika neraca perdaganga mengalami defisit otomatis akan berimbas pada defisit transaksi berjalan, karena memang korelasinya seperti itu,” ujarnya.

Adapun untuk mengantisipasi dan menekan defisit neraca perdagangan dan defisit neraca transaksi berjalan tentu saja dengan menekan impor BBM dan barang. Disamping itu dengan penguatan ekspor yang bernilai tambah

About Usman Simanjuntak