Home / Kopi / Untuk Penetrasi Ekspor Kopi, Kinerja Disperindag Pemprov Jabar Mesti Ditingkatkan

Untuk Penetrasi Ekspor Kopi, Kinerja Disperindag Pemprov Jabar Mesti Ditingkatkan

indias-coffee-exports-prone-to-fall-in-2011-12Kinerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar mesti ditingkatkan terkait upaya penetrasi pasar ekspor untuk produk kopi Jabar. Sebabnya, selama ini, mata rantai produk tersebut terlalu panjang untuk bisa sampai ke salah satu negara tujuan ekspor terbesar kopi asal Jabar, yakni Maroko.

Sebelumnya, untuk sampai ke Maroko, kopi asal Jabar mesti melalui para eksportir di luar Jabar lalu masuk ke negara Spanyol dan akhirnya sampai di Maroko.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) di sela-sela Pencanangan Eskpor Perdana Java Preanger (kopi rakyat dan teh rakyat) dari Jabar ke Maroko di Gudang Kantor Bersama Perkebunan (KBP) Chakra, Jln. Bojong Buah Raya, Kabupaten Bandung, Kamis (28/11/2013).

Menurut dia, dengan meningkatkan kinerja dinas tersebut, diharapkan pintu ekspor yang bersifat langsung dan menguntungkan Jabar akan terbuka, bahkan bukan hanya untuk produk kopi saja, tapi terhadap produk pertanian lainnya.

“Dengan mengirimkan produk ekspor langsung ke Maroko, maka otomatis harga jual dari Jabar akan meningkat dan harga beli dari importir di Maroko akan menjadi lebih murah. Selama ini yang menikmati nilai tambah yakni para tengkulak dan para eksportir luar Jabar. Sekarang, yang akan menikmati nilai tambahnya yakni para petani Jabar dan eksportir Jabar,” ujarnya.

Namun demikian, khusus untuk produk kopi, Aher mengatakan, produksi Jabar untuk ekspor masih sangat jauh dari harapan. Jabar hanya sanggup memenuhi paling banyak 3.000 ton kopi dalam setahun, dari permintaan ideal importir Maroko yang mencapai sebanyak 4.000 ton.

Padahal, menurut importir asal negara tersebut, Hicham, kopi arabica Jabar merupakan yang terbaik dibandingkan kopi asal Brazil, Columbia, dan Afrika.

“Kebutuhan kami mencapai 40.000 ton per tahun dari seluruh negara eksportir kopi. Jabar kami harapkan bisa memenuhi 4.000 tonper tahun, tapi hingga saat ini baru sanggup 3.000 ton per tahun. Potensinya besar sekali, karena untuk kopi arabica, Jabar memiliki kualitas nomor satu. Sedangkan untuk kopi robusta, Brazil yang memiliki keunggulan. Dari total kebutuhan 40.000 ton, 80 persen di antaranya merupakan kopi arabica. Oleh karena itu, peluang ini sangat besar untuk Jabar,” kata Hicham.

Menanggapi besarnya kebutuhan kopi asal Jabar, Aher mendorong para petani kopi Jabar untuk kembali mau menanam kopi. Menurutnya, bila dulu para petani kopi enggan menanam karena masa panennya yang relatif sangat lama, akses pasar sulit, dan harganya yang sangat rendah

About Usman Simanjuntak