Home / Kopi / Depresiasi Rupiah Berkah bagi Eksportir Kopi

Depresiasi Rupiah Berkah bagi Eksportir Kopi

kpiLemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar ternyata justru membawa berkah bagi para pengusaha kopi. Nilai ekspor kopi ke luar negeri meningkat 10-12 persen. “Sangat diuntungkan adanya depresiasi rupiah, eksportir kini banyak melakukan ekspor,” kata Ketua Gabungan Eksportir Kopi Indonesia, Hutama Sugandi, di “Temu Responden Kantor Perwakilan IV Bank Indonesia Jawa Timur” di Surabaya, Senin, 9 Desember 2013.

Pada 2013, produksi kopi nasional mencapai 700 ribu ton. Sedangkan ekspor kopi mencapai lebih dari 500 ribu ton. Walaupun harga kopi di luar negeri sedikit menurun di kisaran US$ 1.750 per ton, eksportir mendapat keuntungan dari sisi penghasilan.

Hutama mengakui kondisi depresiasi rupiah ini bagai pisau bermata dua. Di satu sisi, depresiasi menguntungkan untuk ekspor dan pendapatan para petani. Tapi di sisi lain, depresiasi juga menyebabkan inflasi. Akibatnya, harga barang-barang kebutuhan pun meningkat. Ditambah lagi dengan lemahnya ketahanan pangan nasional yang semakin membuat harga melonjak.

Direktur PT Aneka Coffee Industry ini berharap industri kopi bisa cerah tahun depan. “Demand-nya luar biasa. Naiknya pesat di atas 2 digit,” ujarnya.  Menurut Hutama, kopi Indonesia memiliki kualitas yang sangat baik. Dari 10 kopi terbaik di dunia, 5 di antaranya berasal dari Indonesia. Namun, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemerintah justru mengimpor dari Vietnam dan Amerika Latin.

Kendati demikian, Gabungan Eksportir Kopi Indonesia masih mengeluhkan rendahnya produktivitas sehingga membuat Indonesia sulit bersaing. Dari total luas lahan 1,1 juta hektare, Indonesia hanya mampu memproduksi 700 kilogram per hektarenya. Masih jauh bila dibandingkan dengan Vietnam yang bisa mencapai 3 ton per hektare.

Karena itu, Hutama mendorong agar pemerintah lebih peduli pada perkebunan kopi. Baik dengan memperhatikan petani kopi maupun mengoptimalkan pusat penelitian agar mampu menemukan varian baru. Dengan begitu, target produksi 1,5 juta ton bisa tercapai dalam 5 tahun ke depan.

About Usman Simanjuntak