Harga dari kopi robusta memperoleh sentimen positif dari proyeksi menyusutnya hasil panen di beberapa daerah Asia Tenggara lantaran permasalahan cuaca. Meski begitu, di waktu dekat, harga mendapatkan tekanan akibat prospek kenaikan ekspor di Vietnam selaku produsen paling besar dunia.
Di perdagangan Senin, 13 Februari 2017 jam 18.00 WIB, harga kopi robusta kontrak Maret 2017 mengalami penurunan 14 poin atau 0,66% ke level US$ 2.114 / ton. Hal ini memperlihatkan adanya penurunan sekitar 1,17% selama tahun 2017 ini berjalan. Di tahun 2016, harga mengalami pertumbuhan sebesar 29,81%.
Perusahaan riset Hightower Report di pengumumannya mengatakan jika pada tahun 2016 lalu, cuaca kering tengah dialami Brasil serta Vietnam yang membuat berkurangnya proyeksi produksi serta mendongkrak harga dari kopi. Masing-masing negara adalah pemasok arabika serta robusta terbesar yang ada di dunia.
Kini, dalam waktu dekat, cuaca hujan yang kerap melanda beberapa daerah di Asia Tenggara lagi-lagi merusak prospek terhadap jumlah pasokan, sehingga harga meningkat. Akan tetapi, usai libur imlek serta tahun baru di awal Bulan Februari 2017 kemarin, terdapat adanya kemungkinan terjadi peningkatan ekspor serta pemasaran di 1 bulan ke depan yang berasal dari Vietnam.
“Pergeseran cuaca sejak Desember 2016 memperparah permasalahan di sektor produksi, terutama di Vietnam. Akan tetapi, usai libur imlek, penjualan terus dipacu.”ungkap riset seperti yang telah dikutip oleh Bisnis.com, Senin, 13 Februari 2017 kemarin.