Harga batu bara mampu mengalami rebound di dalam perdagangan Selasa, (21/11), usai didalam sepekan ini mengalami penurunan yang terus menerus.
Didalam pembukaan perdagangan Senin kemarin, harga batu bara untuk memasok pengiriman Juli 2018, dalam rilisan komoditas Rotterdam, mampu ditutup rebound sebesar 2,10% (1,70 poin) ke posisi US$ 82,55/metrik ton.
Dengan kabar ini maka harga batu bara untuk pasokan Juli 2018 mampu mengakhiri penurunanya sejak lima hari perdagangan sejauh ini.
Di rilisan pihak Bloomberg, adanya kegagalan diskusi dari negara-negara koalisi Kanselir Angela Merkel yang berasal dari Partai CDU (Christian Democratic Union), dengan Partai FDP (Free Democratic) serta Partai Hijau (Green Party) bakalan tak akan ada ketentuan batu bara di waktu dekat ini.
Langkah ini akan membatasi risiko jika utilitas Jerman sangar diperlukan didalam menghentikan beberapa pembangkit listrik memakai bahan bakar batu bara seperti apa yang sudah diusulkan Partai Hijau selama ini.
Berbanding dengan harga batu hitam, dikabar hari ini harga minyak mentah masih saja dalam possi melemah sejak perdagangan Senin usai pasar masih ragu dengan politik di Jerman akan ada antisipasi langkah lanjutan pihak OPEC kedepannya.
Senin kemarin, Harga minyak WTI (West Texas Intermediate) untuk pasokan Desember, mampu ditutup melemah sebsar 0,8% (0,46 poin) ke level US$56,09 /barel seperti yang sudah diunggah New York Mercantile Exchange, usai mengalami menurunan 0,3% sejak sepekan lalu.
Di kabar lainnya minyak Brent yang dipakai untuk memasok bulan Januari harus turun 0,50 poin ke level US$62,22/barel dalam rilisan ICE Futures Europe exchange di London, usai mengalami penurunan 1,3% sejak pekan lalu.
“Jika dipandang dari segi politis, harga minyak dunia masih akan terus berubah. Kesepakatan OPEC nanti akan mampu mengatur jumlah pasokan minyak di negara-negara penghasil,” tegas O’Grady, dalam unggahan Bloomberg, Selasa (21/11/17) pagi.