Selasa (7/11/11) harga batu bara dikabarkan mengalami rebound meskipun harga minyak mentah sehari sebelumnya mengalami kenaikan signifikan. Hal ini diakibatkan adanya ganguan suplay dari wilayah Afrika Selatan yang menjadi produsen terbesar di dunia saat ini.
Hari Senin kemarin dalam catatan di bursa komoditi Ritterdam harga batu bara hanya ada diposisi 1,60 poin atau US$ 84/metrik ton. Meskipun di akhir bulan Aoktober kemarin batu bara mampu menjaga harga, namun awal bulan ini mengalami penurunan kembali setelah pasar memantau kondisi yang ada di wilayah Afrika.
“Adanya aksi pemogokan di wilayah Afrika membuat suplay global mengalami sedikit goncangan, dan membuat harga batu bara kembali mengalami rebound” unggah pihak Enegi Denmark ke situs Bloomberg, Selasa pagi.
Sejauh ini memang kawasan Afrika Selatan menjadi pensuplai terbesar batu bara internasional. Karena adanya masalah internal pekerja dengan atasan mereka mengenai kesepakatan kerja membuat harga batu bara mengalami dampak penurunan.
Meskipun batu bara mengalami penurunan, harga minyak di Amerika Serikat saat ini semakin menanjak ke level YS$ 57,35 per barel. Selama empat pekan ini di New York harga minyak menjukkan harga bagus meskipun tengah adanya batasan pasokan global. Karena memang OPEC tengah menerapkan pemangkasan output dengan sekutunya.
“Saat ini OPEC memang tengah membatasi permintaan dan penawaran supaya biaya dari waktu ke waktu mampu tumbuh, ini akan mempengaruhi keseimbangan pasar dan artinya resiko pasokan memang akan ikutan terdampak.” pernyatan analis dari kemoditas Scotiabank, Michael Loewen.
Seperti yang sudah diketahui, harga batu bara sejauh ini memang mengikuti perkembangan harga minyak mentah dunia karena biaya produski dan juga biaya pengangkutan memang mempengaruhi semua harga pasar enegi dunia.